Kamis, 16 April 2009

AKU n KAMU BANGET

BAYARLAH KESALAHAN DI SINI, DIDUNIA INI.

Kebanyakan kita tak suka bicara soal kesalahan. Tidak selalu karena kita lebih memilih kebaikan. Kadang, memang itu alasannya. Kebanyakan kita tak suka bicara kesalahan, sebab ada ambiguitas disana. Kita benci kesalahan, tapi toh kita melakukannya juga. Dalam bentuk yang beraneka rupa. Kadang kesalahan itu kita jalani dengan sadar. Sesekali batin kita berperang. Tapi kita lantas menyerah pada keadaan .Seakan kesalahan adalah kekuatan asing diluar diri kita. Padahal kta sendiri pelakunya. Dan kita masih mencoba menghibur diri dengan pembenar-pembenar semu. Bahwa ini semata soal pilihan hidup.

Pada sebentuk kesalahan selalu ada yang terkurangi dari hak diri ssendiri atau orang lain. Terzalimi atau terugikan. Maka, kesalahan meninggalkan hutang yang harus dibayar.

Maka, disini, di dunia ini, bayarlah kesalahan-kesalahn kita. Selagi masih ada nafas. Selagi mata belum terlelap. Sebab toh suka atau tidak suka, kesalahan paa akhirnya akan terbayar juga. Tetapi, membayar kesalahan selagi masih didunia ini adalah pilihan orang-orang dewasa. Mereka memilih jadi pemberani, membayar hutang kesalahan itu disini.

” Janganlah kamu melihat kepada kecilnya kesalahan, tetapi lihatlah kepada Maha Besarnya Zat yang kamu tentang”

[ AzZahid, Bilal bin Sa’ad]

Dikuti dari Tarbawi

Ikuti Kata Hatimu?

Salah satu nasehat yang sering diucapin banyak orang waktu kita menghadapi masalah adalah, “follow your heart”, ikuti kata hatimu. Banyak orang yang percaya kalo suara hati itu selalu benar, jujur, enggak pernah ngebohong. Makanya, dengarkan terus kata hatimu. Tapi, apa bener demikian?

Nanti dulu. Sebetulnya nggak ada satupun manusia yang bisa nentuin satu perbuatan itu benar atau salah. Persis kalo kita ditanya,”Bohong itu baik atau buruk sih?”, atau ”Pacaran itu sehat atau nggak?”, ”Marah itu pantas atau nggak?”. Seringkali hati kita bimbang dan kebingungan menghadapi berbagai pilihan. Tentu saja, karena hati kita bukanlah wasit yang selalu bisa mimpin sebuah pertandingan dengan fair. Terkadang hati juga bisa kepeleset pada pilihan yang salah.

Kalau kamu suka membaca budaya berbagai bangsa di dunia kita mungkin akan terkejut. Ada suku yang tanda ucapan salamnya dengan saling meludah, ada juga yang terbiasa merayakan harikebahagiaan dengan minum minuman keras. Sementara ada suku lain yang kanibal, memangsa sesama manusia. Bagi mereka perbuatan itu adalah sebuah kebenaran.

Seandainya kita diminta nentuin sendiri mana yang baik dan mana yang buruk, dijamin bakal bingung sendiri. Salah-salah bisa hidup kayak hewan yang tanpa aturan.

Itulah sebabnya agama Islam, datang dengan sejumlah aturan untuk kebaikan manusia. Kenapa kita harus hidup dengan aturan Allah? Allah lah yang menciptakan kita, pastinya Ia lah Yang Maha Tahu mana yang baik dan mana yang buruk bagi kita. Wajar dong kalo kita berjalan mengikuti apa yang diatur Allah.

Kata hati tidak menjamin kebenaran. Hanya hati yang bersih yang bisa menuntun kita kebenaran. Sedangkan hati kita?. Satu-satunya yang benar adalah apa yang ditentukan oleh Allah. Walaupun hati kita nggak suka- misalkan shalat ynag kadang-kadang suka malas, belum mau berjilbab karena mungkin malu dan belum pede, masih sulit meninggalkan pacaran, tetap saja itu sebuah kebenaran. Hati kitalah yang masih dikuasai oleh hawa nafsu, belum mau menerima kebenaran yang hakiki.

Terus apa yang mesti kita kerjakan ketika menghadapi masalah? Jangan terburu-buru. Pilihan yang benar itu nggak selalu pilihan yang bisa menyenangkan kita. Ambil waktu untuk mikir dengan sehat. Pikirkan kelakuan yang bikin kita nggak berdosa. Tundukkan hati pada pilihan yang Allah ridhai, pilihan kita pasti benar, di dunia juga diakhirat.

Gagal Itu Indah

Kegagalan adalah sesuatu yang bisa kita hindari dengan tidak mengatakan apa-apa, tidak melakukan apa-apa, dan tidak menjadi apa-apa.[Denis Waitley]

Thomas Alfa Edison puluhan kali gagal membuat lampu pijar, tapi ia tidak putus asa. Jurnalis senior Rosihan Anwar , budayawan Emha Ainun Najib sudah kenyang dengan penolakan terhadap tulisan mereka. Buku laris Chicken Soup for the Soul karya Mark Victor Hansen dan Jack Canfield ditolak oleh banyak penerbit, sampai akhirnya ada juga yang mau menerbitkan.

Kegagalan itu tantangan yang mesti dilakukan, bukan sekadar ditangisi. Tanpa kegagalan dan kesalahan, kita nggak tahu gimana caranya jadi orang benar dan berhasil. Betul kan, kegagalan itu indah. Banyak yang bisa kita lakukan setelah kegagalan, dengan lebih sungguh-sungguh. Dan banyak kesempatan dan cita-cita yang bisa kamu wujudkan di dunia ini.

Bill Gates, Bos Microsoft, drop out dari bangku kuliah. Albert Einstein, penemu Relativitas, dianggap bukan murid yang pandai ketika sekolah, dan masih banyak orang berhasil lainnya yang berawal dari gagal.

Sabar-sabar deh menghadapi kegagalan. Bahagia bukan sekadar impian kamu yang bisa berhasil, tapi ketika Allah meridhaimu, ketika kamu melaksanakan sesuatu sesuai dengan ridhaNya. disanalah letak kebahagiaan sejati. Bagi kita, mendapatkan ridha Allah adalah kesuksesan yang sesungguhnya, di dunia dan di akhirat.

“Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, dan jauhkan kammi dari neraka”

Dewasa Itu Pilihan

Bagi kita, soal dewasa atau belum itu penting. Sebel banget rasanya kalo kita dicap belum “dewasa” oleh orang lain. Percaya atau nggak, tidak semua orang dewasa itu adalah dewasa. Karean dewasa bukan hanya berarti bertambahnya umru, tapi juga diukur dari caramu berpikir dan bersikap.

Sekarang , berapa sering kamu melalaikan shalat lima waktu? Berapa kali kamu sengaja membocorakan puasa Ramadhan? Bisa nggak, kamu sabar pas orang tua memarahi saat kamu salah? Pernah nggak kamu mengaku salah dan minta maaf pada orang lain atas kesalahan kamu? Pernah nggak, kamu nepatin janji dengan orang lain- seperti datang tepat waktu? Itu sebagian dari ”ujian” kedewasaan.

Jadi, jangan dulu ngaku dewasa kalo kita nggak shalat subuh tapi masih bisa cengar-cengir. Atau nggak malu sama orang lain karena sering ingkar janji, atau nggak pernah minta maaf biarpun udah jelas-jelas kita bikin salah. Kedewasaaan menuntut kita untuk jadi orang yang siap dengan segala tanggungjawab, baik sesama manusia atau dari Allah SWT. Kalo kita sering menghindar dari tanggungjawab, ngeles, itu artinya kita belum dewasa- itu adalah tipikal anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar